Rabu, 25 Agustus 2010

1st jungle

Noktah Awan
di Hutan Kayan Mentarang

       Semuanya bermula dari kekagumanku dan kegemaranku dengan satwa kucing. Menurutku, mereka sangat gagah dan mempesona. Tubuh yang tegap dan lincah, serta rambut yang terlihat lembut dan menggoda untuk diraba. Kesenanganku pada satwa mengantarkanku masuk ke jurusan biologi saat di perguruan tinggi. Entahlah, rasanya lebih menarik daripada mata pelajaran lainnya kala SMU. Hewan lebih mirip kita, manusia... bahkan ternyata dalam sistimatikanya pun, kita satu kingdom dengan mereka “Animalia”, bahkan satu kelas, sama-sama “Mamalia”. Artinya sifat-sifat yang ada pada manusia, baik tubuh luar ataupun dalam, secara struktur masih serupa dengannya.
       Perjalanan hidupku akhirnya menempatkanku bekerja di kabupaten Malinau, Kalimantan Timur. Kota kecil yang berjulukan “kabupaten konservasi” itu mempunyai banyak hutan yang indah dan megah. Lengkap dengan ratusan satwa di dalamnya. Tentu saja hatiku tergugah, sekedar mencari tahu pun terasa menggelora. Pastilah ada dia, si kucing dan keluarganya tinggal di rimbunnya hutan-hutan Taman Nasional Kayan Mentarang, tempatku bekerja. Salah satu kekayaan satwa taman nasional adalah bangsa kucing  besar   (ordo: carnivora; famili: felidae) yang dikenal dengan macan dahan borneo. Warnanya yang memukau dan unik membuatnya mudah diingat. Corak rambutnya menyerupai awan-awan di langit, menjadi ciri khas keluarga kucing hutan ini. Sesuatu yang mudah melekat di ingatan seperti bentuk atau corak bulunya ini akan lebih bertahan lama di memori otak kita.
     
Macan dahan dengan nama ilmiah  Neofelis nebulosa adalah sejenis kucing berukuran sedang, dengan panjang tubuh mencapai 95cm. Spesies ini pada umumnya memiliki bulu berwarna kelabu kecoklatan dengan gambaran seperti awan dan bintik hitam di tubuhnya. Bintik hitam dikepalanya berukuran lebih kecil dan terdapat totol putih di belakang kuping. Macan ini mempunyai kaki pendek dengan telapak kaki besar serta ekor panjang dengan garis dan bintik hitam. Macan dahan betina juga serupa dengan yang jantan. Selain itu, satwa ini juga dibekali kemampuan memanjat yang luar biasa untuk bertahan hidup di habitatnya. Layaklah Ia menyandang nama macan dahan, karena ahli memanjat di cabang-cabang pohon hutan.
       Daerah sebaran macan dahan adalah Asia Tenggara, di hutan dataran rendah dan pegunungan di Republik Rakyat Cina, Indocina, Semenanjung Melayu, India, Pulau Kalimantan dan Sumatra. Namun keberadaan spesies ini telah punah di alam bebas di Republik Rakyat Cina.
       Sebagai hewan nokturnal yang aktif berburu di malam hari. Hewan ini banyak menghabiskan waktunya di atas pohon dan dapat bergerak dengan lincah di antara pepohonan. Mangsanya terdiri dari aneka satwa liar berbagai ukuran seperti kera, ular, mamalia kecil, burung, rusa dan bekantan. Macan dahan menggunakan lidahnya untuk membersihkan bulu-bulu sebelum memakan mangsanya.
       Karena hilangnya habitat hutan, populasi yang terus menyusut dan penangkapan liar yang terus berlanjut untuk di ambil rambut/bulunya, konsumsi, dan obat-obatan tradisional di beberapa negara, macan dahan dievaluasikan sebagai spesies yang rentan di dalam IUCN Red List dan didaftarkan dalam CITES Appendix I.
       Wah, ini menjadi satu tantangan lagi rupanya bagi orang-orang sepertiku, si penyayang satwa dan pecinta kucing. Mau diam dan membaca saja atau melakukan sesuatu... dengan cara masing-masing dan sesuai bidang kita tentunya. Jangan sampai bekal ilmu yang diperoleh selama menempuh pendidikan tersia-siakan. Lebih baik jadi berguna bagi makhluk hidup lain kan? Bukankah si kucing berbulu awan ini juga teman kita.

2 komentar:

  1. Good..! Nice post!... kirim ini ke buletin Enggang ya... Congrats atas terbitnya blog amparpisang!

    BalasHapus
  2. ooo, terima kasih udah mampir... Maklumilah kekurangan blog ini di sana-sini...
    masih baru lahir soalnya...

    beneran bul enggang mau menerima posting amparpisang ? tolong masukannya yah

    BalasHapus