Noktah Awan
di Hutan Kayan Mentarang
Semuanya bermula dari kekagumanku dan kegemaranku dengan satwa kucing. Menurutku, mereka sangat gagah dan mempesona. Tubuh yang tegap dan lincah, serta rambut yang terlihat lembut dan menggoda untuk diraba. Kesenanganku pada satwa mengantarkanku masuk ke jurusan biologi saat di perguruan tinggi. Entahlah, rasanya lebih menarik daripada mata pelajaran lainnya kala SMU. Hewan lebih mirip kita, manusia... bahkan ternyata dalam sistimatikanya pun, kita satu kingdom dengan mereka “Animalia”, bahkan satu kelas, sama-sama “Mamalia”. Artinya sifat-sifat yang ada pada manusia, baik tubuh luar ataupun dalam, secara struktur masih serupa dengannya.
Perjalanan hidupku akhirnya menempatkanku bekerja di kabupaten Malinau, Kalimantan Timur. Kota kecil yang berjulukan “kabupaten konservasi” itu mempunyai banyak hutan yang indah dan megah. Lengkap dengan ratusan satwa di dalamnya. Tentu saja hatiku tergugah, sekedar mencari tahu pun terasa menggelora. Pastilah ada dia, si kucing dan keluarganya tinggal di rimbunnya hutan-hutan Taman Nasional Kayan Mentarang, tempatku bekerja. Salah satu kekayaan satwa taman nasional adalah bangsa kucing besar (ordo: carnivora; famili: felidae) yang dikenal dengan macan dahan borneo. Warnanya yang memukau dan unik membuatnya mudah diingat. Corak rambutnya menyerupai awan-awan di langit, menjadi ciri khas keluarga kucing hutan ini. Sesuatu yang mudah melekat di ingatan seperti bentuk atau corak bulunya ini akan lebih bertahan lama di memori otak kita.